SAMARINDA- Derita warga perbatasan Kaltim kembali terkuak. Terbaru, yang dialami warga Kecamatan Krayan Induk dan Krayan Selatan, Kabupaten Nunukan.
Dalam beberapa hari ini, warga di kecamatan tersebut, kesulitan mendapatkan pasokan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar. Selama ini memang banyak kebutuhan pokok warga Krayan dipasok dari Serawak, Malaysia secara tradisional.
Camat Krayan Induk Samuel ST Padan mengatakan, dalam beberapa hari ini, pasokan BBM yang biasanya dari Malaysia, terhenti. Karena, ada pergantian askar (tentara) dari Malaysia yang berjaga di perbatasan. Askar yang baru tersebut, melarang pasokan BBM ke Krayan.
“Jadi sekarang ini enggak ada lagi bensin dan solar di sana. Kantor pemerintahan, saya baru terima informasi hari ini (kemarin, Red.) sudah gelap,” katanya, Rabu (4/8).
Sampai saat ini, jelas dia, pasokan BBM dari dalam negeri belum ada yang masuk ke Krayan. Karena itu, dia berharap, susbsidi yang selama ini dialokasikan untuk kebutuhan pokok dan ongkos angkut orang, bisa dialihkan sebagian ke BBM.
“Sekarang enggak ada sama sekali BBM di sana (Krayan),” ujarnya.
Di kecamatan berpenduduk sekitar 7 ribu jiwa itu, harga premium dari Malaysia Rp 25 ribu per liter, pun demikian dengan harga solar.
Tak hanya BBM, kebutuhan pokok lainnya juga mengalami hambatan pasokan. Seperti gula dan minyak goreng dari Serawak. Dua kebutuhan pokok itu, hanya boleh masuk dengan jumlah yang dibatasi, 2 kilogram per orang.
“Kita juga masih menunggu subsidi APBD tingkat II,” tuturnya.
Untuk kebutuhan pokok tersebut, sebenarnya juga ada pasokan dari dalam negeri. Tapi, karena subsidi saat ini belum turun, sehingga pasokan menjadi terganggu. Padahal, kebutuhan pokok dari dalam negeri lebih murah ketimbang dari Malaysia. Perbedaan harga bisa mencapai Rp 10 ribu.
Staf Ahli Gubernur Kaltim Bidang Hukum, Politik, dan Pemerintahan Yansen mengatakan, permasalahan di perbatasan tak hanya itu. Ada juga persoalan hubungan dagang Serawak-Kaltim yang sampai saat ini belum ada. Kondisi ini menyebabkan, hasil pertanian unggulan Krayan yang dijual keluar negeri justru diklaim oleh Malaysia. Seperti beras adan, ternak kerbau, dan garam Krayan.
“Saya pernah lihat sendiri di sana (Malaysia, Red.) ada garam yang dilabeli Malaysia, padahal waktu saya tanya garam itu asalnya dari Krayan,” katanya.
Dia menambahkan, soal perbatasan ini sebenarnya sudah ditangani Pemprov dengan komprehensif. Hanya saja, tambah dia, perlu kepedulian pusat, karena menyangkut perbatasan.
“Soal perbatasan ini bukan cuma Kaltim, tapi pusat,” terangnya.
Wakil Gubernur Farid Wadjdy terpisah mengatakan, keluhan warga Krayan itu sudah dia terima dari Camat Krayan, saat pembukaan Diklat Camat se Kaltim pada Selasa (3/8).
Dengan adanya laporan itu, jelas dia, pihaknya langsung mengambil sikap dengan meminta Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM (Disperindagkop) Kaltim untuk mengkaji masalah ini bersama Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan Pedalaman dan Daerah Terpencil.
“Dengan adanya kajian itu tentu akan ditemukan solusi yang tepat menuntaskan masalah ini. Mudah-mudahan bisa segera diselesaikan. Ini tak boleh dibiarkan,” terangnya.
Lama juga, Apa Kabar Teman?
-
Setelah sekian lama tidak membuka website jadul ini, merasa banyak
perubahan.
Apa lagi setelah BW oh lumayan banyak sekali yang belum terpenuhi
permintaan...
7 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar