Gajah Mada Pembunuh yang Bengis?

Diposting oleh arief setiyawan di 06.38.00

www.google.com

www.google.com

Peninggalan sejarah raja-raja di Indonesia sangat mencengankan dan menyimpan banyak misteri, kisah-kisah mereka terrekam dalam manuskrip-manuskrip kuno yang berumur ratusan tahun dan jarang dilirik oleh para elit dan sejarawan. Dibawah ini adalah salah satu bukti sejarah yang diambil dari manuskrip Sunda. berikut ulasan Nurdin M Noer yang ditulis ulang dari harian umum Pikiran Rakyat.

Beda jawa, beda sunda. Jawa sebagai sentrum sejarah sejak lama mematenkan nama Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit sebagai pahlawan pemersatu bangsa Indonesia berkat “sumpah palapa”, Gajah Mada dikagumi dan dipuji karena kehebatannya. Tapi bagi masyarakat pasundan, sumpah pada abad ke -14 itu merupakan malapetaka.

Dalam kitab Pustaka Pararatwan Bhumi Jawa Dwipa, yang ditulis pangeran wangasakerta dinyatakan, pasunda Babat pada “hari ke -13 perogelap (tanggal 28) bulan Badra 1249 Saka (4 Oktober 1327 Masehi), akibat ulah Patih Mada yang mengingkari kesepakatan pernikahan putri raja Sunda, Maharaja Linggabuana yang bernama Diyah Pitaloka alias Dewi Citraresmi dengan raja Wilwatika (Majapahit), Sri Rajasanagara alias Hayam Wuruk. Dalam peristiwa ituMaharaja Sunda, puterinya beserta pengiringnya tewas. Hayam Wuruk dengan persetujuan dengan kerajaan memutuskan menangkap Patih Mada, namun rencana itu diketahui Patih Mada, sehingga ia melarikan diri ke hutan. Peristiwa Pasunda Babat akhirnya diselesaikan damai. Hayam Wuruk mengampuni Patih Mada, dia dikembalikan sebagai Mahapatih.

Ambisi Gajah Mada, ternyata bukan Ambisi Hayam Wuruk. Gajah Mada memiliki ambisi politik, sedang Hayam Wuruk memiliki ambisi cinta. Keduanya tak bisa disatukan. Dalam kitab itu dikisahkan. Prabu Hayam Wuruk merana hatinya dan jatuh sakit. Keluarga besar kerajaan, ayah dan ibu sekeluarga, serta seluruh petinggi, pembesar kerajaan dan raja-raja daerah ikut murka, lalu minta Patih Mada yang bersalah supaya dihukum. Akibat peristiwa itu, Hayam Wuruk memerintahkan untuk menangkap Patih Mada. Namun Patih Mada bergegas pergi, masuk ke hutan belantara untuk bersembunyi.

Dikisahkan dalam kitab yang ditulis P.Wangsekerta, Tahun 1689 Masehi, sang Maha Patih tinggal di hutan dalam penderitaan, namun tidak sampai menemui ajal. Tak ada seorangpun tahu persembunyiannya di hutan yang oleh bala tentara Wilwatikta telah dijelajahi. Setelah Prabu Hayam Wuruk sembuh , baginda Prabhu wilwatikta dinikahkan dengan anak baginda Mangker, Ratuh Ayu Kusuma Dewi. Beberapa tahun kemudian Patih Mada diampuni, kembali menjadi Patih mangkubumi wilwatikta. Semenjak Pasunda Bubat, Prabu Maharaja Sunda, Prabhu Linggahbhuwana, yang gugur di Bubat namanya harum diseluruh tanah Sunda, karena gugur sebagai kesatria , membela negara.

Dalam pertempuran di Bubat banyak mengalahkan Musuh, karena sangat mahir dalam ilmu olah senjata dan ahli perang. Ia tak sudi tundu. Berani menghadapi serbuan pasukan besar Patih Mada. Namun begitu , Prhabu Linggabhuana dan semua pengiringnya tetap gugur tak tersisa.

Bengis dan Pemarah

Pada waktu kerajaan Wilwatika diperintah Prabhu Rajasanagara (Hayam Wuruk), ada mahapatih mangkubumi Mpu Mada. Yaitu Gajah Mada. Ia berperangai bengis dan pemarah, patih Mada bercita-cita ingin semua daerah di nusantara mengabdi kepada Wilwatikta. Oleh Patih Mada, kerajaan yang tidak mentaati ditundukkan. Tak henti-henti bala tentara Wilwatikta menyerang yang menantang. Banyak negara di nusantara di duduki dan dikalahkan.

Hyang Semaranta menyampaikan dengan gamblang semua peristiwa Pasunda Bubat dan segala perilaku Patih Mada yang tanpa belas kasihan terhadap Prabhu Maharaja Sunda. Hingga kini, perlakuan Patih Mada menyebabkan kesediahan ganda, termasuk bagi orang Sunda di Jawa Barat.

Dari cerita itu, ternyata nama harum Gajah Mada tak sebanding dengan air mata orang Sunda. Lantaran itu hingga kini di Jawa Barat tak ada satu pun jalan Gajah Mada maupun Hayam Wuruk. Air mata pasundan nampaknya belum kering. (Nurdin M. noer)

Referensi : Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi Cirebon. Hal- D
Rabu 7 Juli 2010/ 24 Rajab 1431 H.

0 komentar:

Posting Komentar

Kaca Ngajeng

Related Posts with Thumbnails
Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Daftar Blog Sahabat