| Ilustrasi | |
KUALA LUMPUR (KRjogja.com) - Teliti sebelum membeli. Barangkali petuah tersebut pantas dialamatkan pada pemerintah Malaysia. Pasalnya, kapal selam pertama negeri jiran, Scorpene, buatan Eropa yang diterima beberapa waktu lalu, mengalami problem sehingga tidak bisa berenang.
"Kami mendeteksi ada kerusakan, namun kami diimbau agar kapal itu tidak menyelam. Bagian yang rusak itu masih memilik garansi, oleh karena itu para pemasok dan kontraktor akan memperbaikinya," kata Menteri Pertahanan Malaysia, Ahmad Zahid Hamidi, di Kuala Lumpur, Kamis (11/2).
Kapal selam, KD Tunku Abdul Rahman, merupakan satu dari dua kapal selam yang dikerjakan secara patungan oleh kontraktor Prancis, DCNS, dan Spanyol, Navantia, senilai 3,4 miliar ringgit (961 juta dolar AS).
Nama kapal yang diambil dari nama perdana menteri pertama Malaysia itu dipuji sebagai suatu langkah maju kendati oposisi menuduh adanya korupsi dalam kesepakatan itu.
Kepala Staf Angkatan Laut Malaysia, Abdul Aziz Jaafar mengatakan problem pada sistem pendingin kapal selam itu muncul Desember lalu. "Kami berharap kapal itu dapat menyelam kembali setelah 18 Februari. Kami akan melakukan uji coba kapal selam itu menyelam di laut tropis," kata Abdul Aziz.
Adapun kapal selam kedua, KD Tun Razak, yang diambil dari nama perdana menteri kedua Malaysia, diperkirakan tiba di Malaysia dari Prancis pada 31 Mei, kata Kepala Staf Angkatan Laut Malaysia.
Sesuai jadwal, sedianya kapal selam kedua itu tiba di Malaysia dari Prancis pada akhir 2009 silam. Kedua kapal selam itu sebelumnya menimbulkan kontroversi sejak kesepakatan ditandatangani pada 2002.
Oposisi Malaysia mengklaim bahwa komisi pembuatan kapal itu sebesar 540 juta ringgit yang dibayarkan kepada orang dekat PM Najib Razak yang menjadi perantara kontrak. PM Najib membantah adanya korupsi dalam kesepakatan pembuatan kapal selam tersebut. Kontrak itu disepakati ketika Najib menjabat menteri pertahanan. (Ant/Ogi)
0 komentar:
Posting Komentar