REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Jusuf Kalla (JK) pernah meminta cucunya untuk keluar dari sekolahnya sekarang. Sebab, di sekolah itu menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. "Lebih baik saya ajarkan bahasa Bugis daripada bahasa Inggris," katanya pada Selasa, (27/7) dalam acara Sutan Takdir Alisjahbana Memorial Lecture.
Acara ini merupakan orasi kebudayaan yang menghadirkan tokoh yang dianggap memiliki pemikiran tentang keindonesiaan secara menyeluruh. Dalam kesempatan itu, JK didaulat menjadi pembicara dengan topik "Membangun Kembali Martabat Bangsa". Selain itu, hadir pula H Rosihan Anwar memberikan kata pengantar pada acara yang digelar oleh Akademi Jakarta di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.
Namun, permintaan itu ternyata sempat membuat cucunya marah. Tak hanya sang cucu yang ngambek, anaknya pun sempat bersikap sama. "Ya, inilah di Ibu kota," kata JK tanpa melanjutkan kisah tentang pendidikan bahasa di sekolah cucunya.
JK pun menarik contoh tersebut pada tataran yang lebih luas, yaitu pendidikan di Indonesia. Menurutnya, pendidikan semestinya menanamkan cara dunia (world view) yang positif, mencerahkan, dan visioner tentang kekayaan seni-budaya, tradisi, dan kebudayaan bangsa. "Pendidikan merupakan tempat dan lokus yang sangat strategis untuk menyemai dan menanamkan harkat dan martabat diri sejak waktu yang paling dini dan kemudian berkelanjutan," tutur dia.
Pendidikan dasar, lanjut JK, semestinya lebih berorientasi 'ke dalam'. Artinya, tidak berorientasi keluar melalui eksperimen semacam 'sekolah bertaraf internasioanl' yang menggunakan bahasa asing, khusunya bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Seharusnya, tutur dia, pendidikan dasar lebih menekankan penggunaan bahasa Indonesia yang benar baik lisan maupun tulisan.
Ia menilai, bahasa bukan hanya sekadar soal bertutur kata yang baik, melainkan juga menyangkut kemampuan menyusun logika, alur pikiran atau sistematika berpikir, sehingga dapat dipahami orang lain dengan baik. Keprihatinan dirasakan JK tatkala menemukan anak-anak SD yang berorientasi pendidikan internasional lebih banyak mengetahui tentang sejarah negara dan bangsa lain. Sementara, pengetahuan tentang Indonesia justru lebih sedikit.
http://www.republika.co.id/berita/breaki...sa-inggris
Lama juga, Apa Kabar Teman?
-
Setelah sekian lama tidak membuka website jadul ini, merasa banyak
perubahan.
Apa lagi setelah BW oh lumayan banyak sekali yang belum terpenuhi
permintaan...
7 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar